Powered by Blogger.

Ngeteh Sambil Mengenang Sejarah di Rumah Cak Roeslan Abdulgani

by - May 23, 2016


Ngeteh Sambil Mengenang Sejarah di Rumah Cak Roeslan Abdulgani – ngapain sejarah pakai dikenang? Bukankah kita tidak boleh menoleh ke belakang, biar cepet move on. Yeee, derama. Kalau masa lalu yang ini, wajib kau kenang, wahai adinda. Hiyaaa. Kali pertama saya menginjakkan kaki, di Rumah Cak Roeslan Abdulgani yang berada di Kampung Cagar Budaya, RT 04 RW II, Plampitan, Surabaya.

Hayo, ada yang tahu dengan Cak Roeslan? Beliau adalah negarawan dan politikus Indonesia yang merupakan menteri luar negri Indonesia (ngintip wiki, heheheh). Jika kalian memasuki perkampungan ini, jangan kaget jika disuguhi banyak sesuatu yang bersejarah. Salah satunya rumah Cak Roeslan, yang biasa dikenal WOS (Warung Omah Sejarah). Di sini, setiap malam sering digunakan untuk tempat cangkur-an. Menyediakan makanan dan minuman pada umumnya. Namun, yang membedakan tempat ini dengan warkop-warkop lainnya adalah, suasananya. Di dinding-dinding rumah Cak Roeslan banyak dipajangi foto-foto masa kecilnya bersama kawan-kawannya. Salah satu temannya adalah Mbah Syafii. Beruntung sekali saya bisa bertemu dengan Mbah Syafii, sejarawan yang berusia 80 tahun. Wajahnya bersih, mudah tersenyum, dan suka berbagi cerita masa mudanya dulu. Bukan hanya itu, beliau juga mempunyai tips untuk awet mudah, yakni; istirahat teratur, tidak makan pedas, menghindari minum es, dan olahraga teratur. Siapa sangka, jika Mbah Syafii ini rajin bulutangkis. *duhhh aku aja boro2 bulutangkis, lari-lari aja jarang, hiks*

Pak Djarot menjelaskan sejarah rumah Cak Roeslan

Wajar saj, jika rumah Cak Roeslan banyak dikunjungi wisatawan, karena menceritakan banyak sejarah ketika dahulu. Rumah yang berhadapan dengan Masjid Plampitan itu juga banyak dikunjungi kolektor dari berbagai kota. Mereka mengincar barang peninggalan. Beberapa barang yang pernah memikat hati mereka adalah jam lonceng kecil. Namun, Pak Djarot sang menantu tidak melepas barang berharga apapun itu.  Wajar, jika tidak boleh dibeli, bukan perkara mahal atu tidaknya, namun kisah di balik barang itu yang berharga.

Selain rumah Cak Roeslan, di perkampungan ini banyak sekali bangunan tua, yang masih memiliki arsitektur zaman Belanda. Kebanyakan rumah di sini memiliki lorong, itu yang menjadi identitas rumah zaman dahulu. Bukan, bukan hanya itu, namun hawanya pun dingin. Ehe.
lorong rumah di perkampungan sejarah
raisa lagi ngeteh
Mbah Syafii :*
Jika kalian ke sini, jangan lupa banyak bertanya ke Pak Djarot, yang baik hati. Wajah beliau boleh sangar, namun ketika bercerita tentang sejarah, beliau selalu mau. Wajar kalau saya kemarin bersama kawan-kawan blogger Surabaya diajak menyusuri perkampungan, dan diberi tau penggagas Masjid Peneleh. Belum cukup puas jika di sini belum ngeteh, atau ngopi, maka dari itu kalian juga harus ngopi di sini sembari belajar sejarah.

Tabik,

 semoga bermanfaat



You May Also Like

15 komentar

  1. Pengen kapan2 main ke sini sama suami. Kayaknya seru yaa. Tapi aman gk klo bawa anak kecil?

    ReplyDelete
  2. Senyumnya mbah Syafi, mantab.semangat dan ceria

    ReplyDelete
  3. Cangkur-an apa Cangkruk'an Ay? Hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. duh, ilatt londo aku, mbak wkwkkw
      dimaklumin ae nek typo

      Delete
  4. Rumahnya Cak ROeslan meski sederhana, kelihatan rapi dan adhem ya.Semua tertata rapi hingga pengunjung tampak kerasan berlama2 disana.*liat mbak Aya tuh nyante nyeruput teh. Hihii

    ReplyDelete
  5. Wah keren rumahnya, Harus dijaga itu. Sejarah itu utk cermin, utk tahu siapa kita dan darimana kita berasal.

    ReplyDelete
  6. Ah artikel ini bikin saya menyesal nggak bisa ikutan :(

    ReplyDelete
  7. Sejarah dari benda-benda masa lampau bisa untuk mengenang hal yang bisa dijadikan jejak yang menjadikannya sekarang ya. Mbah syafii masih sehat gitu, resepnya opo tho, mbah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yahhh itu rsepnya udah ditulis, ah kaka mahh -_-

      Delete
  8. Wahhhh... mbahnya sehat gitu yaa. Keren! Kapan2 pengen juga main k sini ah :)

    ReplyDelete