Powered by Blogger.

Bertamu Sejenak di Desa Wisata Kebonagung, Jogja

by - August 20, 2017

Hampir lupa, kapan tepatnya saya ke Desa Wisata Kebonagung. Ya, karena kami cuma bertamu sejenak, dan bermain di sana. Tak apa, yang penting saya tetap menulisnya, biar kenangannya gak semakin dilupakan *Yasalamm* Oya, desa yang terdapat di Imogiri Bantul, Yogyakarta tersebut, memiliki banyak potensi wisata alam pun wisata budaya. Ya, rasanya cukup kurang jika singgah hanya dalam sehari. 
perempuan berlesung pipi, ehe
Dengan cuaca yang cerah, kami langsung singgah sebentar di basecamp Desa Wisata Kebonagung, kami disambut ramah oleh penduduknya. Paling menyenangkan saya bisa menyaksikan Gejog Lesung yang dimainkan oleh Ibu-ibu yang ada di sana.

Dan, bersyukur sekali baru tahu saya, apa itu Gejog Lesung *astagaaa kelahiran tahun berapa sih, Mbak?* Gejog yang sering diartikan memukul, dan lesung wadah untuk menumbuk gabah yang akan dijadikan beras. Ya, orang-orang di zaman dulu sering menggunakan lesung untuk menumbuk padi. 
Ibu-ibu Kebonagung yang memainkan Gejog Lesung
Saya jadi ngebayangin capeknya seperti apa, karena kemarin sempat merasakan bagaimana penggunaannya. Beratnya gak nahan, apalagi ketika dipukulkan. Bangga dengan Ibu-ibu yang sudah berurat, mereka tetap kuat, dan semangat memukul alat yang sudah digunakan sebagai alat musik, karena beralihnya zaman. Saya akui mereka hebat, karena nada dan iramanya sangat pas, pun bergantian. Tidak seperti saya, memukul malah membuat nada yang tak seirama. Wehehhee, maklumin biasa main pianika. Ehe.

Bukan hanya itu, di Kebonagung ada yang menarik lagi, seperti wisata pertanian. Beruntung sekali saya masih bisa melihat kerbau untuk membajak sawah, dan lahan pertanian yang cukup luas. Pun saya mengerti bagaimana menanam padi, bukan asal nancap. Petani tahu takarannya, seberapa jarak yang harus ditanami, dan jarak yang memisahkan (kayak LDR), halah.
keliling menggunakan sepeda onthel
yang manis di kebonagung
Suasana pedesaan yang seperti itu sudah langka, bisa dianggap surganya kaum urban. Perjalanan saya di Kebonagung tidak sampai di sini, saya masih berkliling desa menggunakan sepeda lawas. Menyenangkan, meskipun sedikit sulit tidak seperti sepeda zaman modern pada umumnya.
wisatawan yang asyik membajak sawah
belajar menanam padi
Dengan mengayuh sepeda mengelilingi Kebonagung, kami jadi paham mana yang benar-benar harus disyukuri dan wjib dilestarikan. Pak Sardi si pemandu, dengan ramah mengantarkan kami keliling Kebonagung, sampai melihatkan homestayyang terdapat di desa tersebut. Jadi, wisatawan bukan hanya datang, foto, lalu pulang. Namun, datang, dan merasakan.

Ya, pada hari itu saya sedikit kurang beruntung, karena tidak sempat menginap dikarenakan keterbatasan waktu yang harus melanjutkan perjalanan selanjutnya. Jadi, siapapun kalian yang ingin bertamu di Desa Wisata Kebonagung pasti merasakan kenikmatannya jika menginap di sini, di pagi bisa melihat petani yang lalu lalang ke sawah, kalian pun bisa menikmatinya dengan naik sepeda onthel


Mari berkunjung ke Desa Wisata Kebonagung, semoga bermanfaat.

Tabik.





You May Also Like

5 komentar

  1. Tetep aku kelihatan ganteng saat menanam padi dan sepedaan. Di sini kita nggak nyicipi Mie Ayam yang kondang buahahhahahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa, paling ganteng, kalo pinggirnya kebo, laaah

      Delete
  2. Lama ga main ke blognya Pukat. Jadi kamu jagon main pianika? wkwkw.
    Hhaa. Kok aku di sini item ya? Tapi yang pas bajak sawah ketok kaya bule

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkkwkwkkw, iya kan abis kukasih pemutih dan borak.

      Delete
  3. wahh seru banget ya berlibur di desa kebonagung..

    ReplyDelete