Powered by Blogger.

Warna-warni Praje Sunat Suku Sasak, Diarak Sebelum 'Sakit'

by - January 07, 2018

Akhirnya, Lombok Tengah. Dalam perjalanan menuju Lombok Tengah aku mengendalikan motor sewaan sendirian, bisa bayangin gimana? Untungnya, Lombok bukan pulau kriminal dan sejenisnya, malah sebaliknya, di sini aku merasakan damai dalam tenang. Sembari fokus menyetir dan mengingat perjalananku di atas kapal yang bertolak selama 18 jam tepat. Dan mengingat pria berambut cepak yang tiba-tiba menghampiriku ketika kapal mulai bersandar, jurus yang ku keluarkan tetap stay cool. Aku berusaha keluar terlebih dahulu dari kapal, nyatanya para calo travel berebut mengampiriku dan mereka melakukan negosiasi argo kendaraan.
Praje Besunat Suku Sasak, di depan Desa Sade
“Mbak, ayo Mbak, ke Mataram, murah”, si kumis dan berjaket kulit mendekatiku.

“Mau ke mana, Mbak? Ayo saya antar”, pria bertubuh ceking tidak mau kalah.

“Jangan diam saja, Mbak. Ayo ikut saya saja,” Bapak bertopi biru tua menengahi. 

“Mbak ini pacar saya, Pak. Dia pulang sama saya,” suara pria menyelinap di tengah bujukan calo dan menghampiriku dengan tas carrier-nya. Mulai terkejut, bak sinetron FTV yang tayang di SCTV, bisa jadi judulnya “Cintaku Bersemi di KMP Legundi,” uhui. Dia pun mengikuti langkahku sampai batas parkir kendaraan, “Makanya, kalau jalan jangan sendirian. Repot kan, kalau sudah dikerumuni calo travel,” aku hanya bisa tersenyum, dan berucap terima kasih, lalu menabik.
terlelap karena keenakan dibopong
Tetep ya, masih bisa tidur
Lamunanku buyar seketika, beberapa polisi sudah berbaris rapi di depan, terpampang papan bertuliskan “Maaf Ada Razia Bersama Pengesahan STNK”. Dengan percaya diri ku serahkan STNK dari motor yang ku rental, tak dinyana melewati batas waktu alias mati. Tapi, ada beberapa hal yang ku perhatikan di sini, polisi sikapnya ramah sekali, beda ketika aku di Pulau Jawa. Jika di tempatku, polisi melihat pengendara motor tidak memakai helm, mungkin saja ia akan mengeluarkan kata-kata kasar, namun beda dengan keadaan Lombok. Ia menasihati secara halus dan ramah. Surga memang bertemu orang-orang tersebut. Aku lanjut mengegas motor dan menuju Desa Sade, terhitung dua kali diberhentikan polisi, karena razia. Namun, mereka sudah paham dengan surat yang ku bawa. 
Ini Ibu-ibu narinya lincah banget :(
aku tidak tegang
Hampir dua jam mengendarai, akhirnya GPS membawaku ke Desa Sade. Dan sungguh beruntung waktu itu, hanya segelintir wisatawan yang ku lihat, tidak seperti tempat wisata pada umumnya yang ramai dan penuh sesak. Namun, ada yang membuatku tertarik, arak-arakan tepat di Desa Sade. Aku beringsut ke tengah kerumunan. Seorang pemuda menghampiriku, Ia mendekat dan berkenalan, namanya Dito. Setelah berbasa-basi—obrolan kami mengalir, ia pun menjelaskan akan Praje Sunat atau Praje Besunat, dengan Bahasa Indonesia yang sedikit canggung. Ya aku paham, ia terbiasa menggunakan Bahasa Lombok sehari-harinya.


Konon, Praje Sunat tradisi khitan yang dilakukan Suku Sasak. Dan momen ini tidak hadir setiap saat namun biasanya sering dilaksanakan pada Maulid Nabi, artinya aku beruntung. Kalau di Jawa mungkin bisa disebut sunat massal, namun bedanya di sini calon yang mau dikhitan duduk di atas kuda kayu berukuran kecil, dengan pakaian pengantin, kemudian memakai capuq atau sekilas udeng dari Bali, lalu dipikul sekitar empat orang dewasa. 

berekspresi
ramai
Jalanan di Desa Sade tidak terlalu riuh, lalu lalang kendaraan pun bisa dihitung jari, pantas jika arak-arakan tersebut sedikit ramai. Andai Praje Besunat hadir di tengah-tengah Kota Surabaya, mungkin bisa dimakii karena mengganggu jalan. Ini enaknya tinggal di Lombok, sunyi. Sembari dipikul, beberapa orang mendendangkan musik tradisional yaitu Gendang Beleq asli Suku Sasak. Calon yang dikhitan ada yang sampai tertidur lelap, ia tak sadar, setelah ini rasa sakit akan menghampiri, dan menjadikan”nya” bentuk yang bagus. Ew, hehe. Dito pun lenyap di tengah kerumunan.

Tabik,

Semoga bermanfaat ^ ^

You May Also Like

19 komentar

  1. Aaaw, bayangin sunant, ngilu wahaha.... Nah ini Aya tulisan-tulisan blognya mulai bercerita gitu, jadi ada variasinya ndak hanya memberi informasi ajah ngunu....

    Foto-fotonya diambil dari DSLR ya? Cakeb-cakeb....oia, itu waktu di sana, Aya ndak nyoba cari tahu sejarah tradisi sunat massal disana ?

    Sade, dicatat mudah-mudahan bisa ke sana juga...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selera pembaca kan bukan seperti Mas saja, jadi saya nulisnya mulai ke pasal awal "SUKA-SUKA" wkwkwkkw

      Iyanih belum tahu sejarahnya, karena memang butuh org paham sejarah

      Delete
  2. Kok pas banget ada acara itu kamu datangnya hahahhahah.
    Kukira kamu ditilang sama polisi buahahhahahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, karena aku orang yang beruntung wkkwkwkw

      Delete
  3. Wetsewwww di sunat aja begitu ya perayaannya. Hmmm, benar2 diharapkan jadi anak yang berguna bagi nusa bangsa nanti dikala besarnya. Amin, semoga terwujud.

    Anyway....kak.....aku dengar sendiri dari ibunya temen aku yg di Lombok....sebenarnya ada beberapa titik di sana yag rawan bangettt sama begal. Gak main2, bule pun di begal. Jadi, kudu tetap hati2 ya hehhehe. Bismillah, doa kalau mau kemana2 >.<

    Aku juga sukaa banget sama Lombok. Gak rame huehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh ada rawannya yaaa, aku baruu taaaaau :((((

      Alhamdulillah kemarin aku fine fine aja :(

      Delete
  4. Beruntung banget pas ke sana pas ada arak-arakan yang sunat ya.. :) Mirip sama tradisi orang Sunda kayaknya ya, diarak juga anak yang sunatan..

    ReplyDelete
  5. Nek gak salah, ndek betawi (jakarta) juga ada tradisi macam ini. Wkwk.
    Sampean cuma ngomong terima kasih mbak? Nggak tukeran nomer HP? Ahh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau masalah tuker hp gak usah dipublish, mengko dicerai aku wkwkkwkwkwkkw

      Delete
  6. Desa Sade makin sering terekspos ya.

    Kalau mba bilang Lombok itu aman dari tindak kriminal,buat aku yang lahir dan besar di sana sebagai pendatang dari Bima, NTB, malah merasa sebaliknya. Pengalaman traumatis saat berkali kali rumah dimasuki maling, bergilir pula, sudah cukup rasanya.

    Namun pariwisata Lombok memang sedang berbenah. Sebagai anak yang lahir di sana, aku tetap bangga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku malah baru tahu setelah baca komen-komen di sini kalau masih banyak tindak kriminal. :((

      Dan aku mandang orang yang lalu lalang kenal sama aku, mereka baik, dan kata mereka pun Lombok itu ramah. I'am sorry aku gak tahu, Mbak.

      eh next semoga kita bisa berjumpa, Mbak :D

      Delete
  7. Mbak berani sekaliiii aku ngiri deh hehehe. Salah satu wishlist yang belum terwujud nih main-main kesana. Hahaha itu beneran ada yang tetiba ngaku-ngaku pacar? cubangeeet, kalo di FTV udah slowmotion tuh... :D

    ReplyDelete
  8. Lombok baru masuk waitinglist tapi nggak kecentang-centang dari duluu... huhu
    Aya, kamu sendirian? aku khawatir lho pas dari awal baca drama dikerumuni calo sampai ada pahlawan bertopeng yang menolong :D
    Heee ditulis mereka nggak kerasa kalau bentuk "nya bagus" karena ketiduran dalam tandu, lha emang tau apa ngintip? wkwkw

    ReplyDelete
  9. Calo di pelabuhan emang mantap yaa, dulu pas kesana ramai-ramai..tetap aja diserbu sama calo-calo.

    Ada beberapa daerah di lombok yang rawan. Kalo udah sore/malam sebaiknya jgn lewat sana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, iya ini. Kata org kalau sudah sore-malem, rawan. Mungkin karena saya kemarin masih agak siang yaa, alhamdulillah masih aman

      Delete
  10. Mantap mba solo Traveling nya....
    Banyak menemukan kejutan yang ta terduga.

    Coba itu kalo di tilang beneran,wah repot bgt pasti

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, mbak, takut gak bisa pulang saya wkkwkw

      Delete