Powered by Blogger.

Akhirnya, Papandayan

by - September 27, 2018

akhirnya

Dini hari, tiba-tiba kami sudah berada di Terminal Bus Kampung Rambutan, Jakarta. Carrier sudah di pundak, tak sabar melangkahkan kaki ke dalam bis, tak dinyana bis tujuan Bogor akan tiba pukul 6 pagi. Menghela napas panjang, rumit juga. Aku terpaksa tidur di bangku tunggu, bersadai dengan tumpukan carrier. 

Akhirnya, yang ditunggu-tunggu tiba pukul 05.00 pagi.  Bergegas masuk ke dalam bus, alih-alih kami mendapati kursi, karena hari itu bukan hari libur, jadi suasana lumayan lenggang. Tiga jam perjalanan menuju terminal Garut akhirnya, kami capai juga. Melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum untuk mencari logsitik di pasar tradisional. Daging, ayam, sayuran, sampai buah-buahan sudah kami beli, saatnya menuju Gunung Papandayan dengan ojek motor. Disambut kabut yang semakin tebal, dingin mulai merasuk, gapura pintu masuk sudah terihat.  Tiket seharga 35 ribu rupiah sudah di tangan kami. 
 
dimulai dari sini
tetap berjalan
siap
bersama mereka
Baca: 8 Perlengkapan Camping di Gunung untuk Wanita Rekomendasi Lifestyle Blogger Inayati Nur
 
Gunung Papandayan, Garut dengan ketinggian 2.665mdpl cocok untuk pendaki pemula sepertiku. Diawali jalanan yang cukup landai, kemudian bertemu dengan anak tangga dari bebatuan yang tidak teratur. Setengah perjalanan, aku dapat melihat kawah yang diagungkan wisatawan untuk swafoto, di antaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, serta Kawah Manuk.  Dari lubang-lubang kawah tersebut terdapat lubang magma yang mengeluarkan uap/ air, seperti tanah yang memuntah, indah sekali ketika tertangkap kamera, meskipun baunya sungguh mengganggu hidung. 
 
cantik
yang terbaik
lelah
pagi itu
bersama mereka
Kami berhenti tepat di jalur yang menyatukan dua jalan, kali ini aku memilih tidak menaiki anak tangga, ya meskipun lebih jauh, tidak jadi masalah meskipun aku sesekali mengeluh kelelahan. Sekitar pukul 17.00 Pondok Salada tempat kami camping sudah terlihat, hanya ada tenda kami bertiga saja, maklum memang hari itu harinya orang kantoran bekerja, tapi kami malah memilih berlibur. Jenaka.

Tenda kami dirikan sebelum hari semakin gelap, dengan sigap kami memasak. Meskipun di depan tenda terdapat warung yang berjajar rapih, hal tersebut tidak melumpuhkan hasrat kami untuk memasak.  Daging sapi dengan taburan lada hitam dan saus tiram sudah siap disanding dengan selada dan wortel, sungguh lelah kami terbayar.
makan malam
beef teriyaki
siap sarapan
yang nikmat
ngumpet
yang abadi
Malam itu bintang sedang cantik-cantiknya, ingin mengabadikan milkyway, tapi kami urungkan karena suhu dingin seakan-akan melumpuhkan kaki, barjalan pun sudah gemetar. Pagi pun tiba, lagi-lagi kami melewati cantiknya matahari, ah sudahlah mungkin lain waktu bisa berjumpa lagi. Buru-buru kami menyalakan kompor dan menata nesting untuk memasak. Kali ini menunya beef teriyaki, dan ayam crispy. Tak lupa dengan buah naga, dan teh hangat. Surga!
 
mereka yang cantik
hutan mati
biar keren
tampak gagah
bersama mereka
hamparan luas
pulang
mengganggu
Seusainya kami merapikan tenda dan melanjurkan perjalanan pulang, dan melupakan Tegal Alun untuk saat itu, karena hari yang semakin siang. Tujuan selanjutnya hutan mati, yang ku impikan dari dulu. Ingin melihatnya nyata, yang pada akhirnya terlaksana. Hutan mati, tanah putih serta pohon-pohon bekas letusan di beberapa tahun silam rupanya menjadi spot foto terbaik di sini. Tak ayal jika banyak orang datang ke sini hanya ingin swafoto di hutan mati tanpa bermalam. Tempat tersebut mengakhiri perjalanan di Papandayan bersama mereka, sekaligus dengannya. 

“Gimana, capek? Nyesel pasti kan naik gunung?”

“Dih, enggak, siapa yang nyesel. Oya, makasih, ya”

“Buat apa?”

“Udah ngajak ke sini,”
Jawabnya dengan tersenyum.

Tabik,



You May Also Like

18 komentar

  1. baca ini pas baru banget turun dari Papandayan, dan sama sama melewatkan tegal alun juga. hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku ora ke tegal aluuuun wkkwkwkwkwk

      Delete
    2. samaaaa. aku juga 'melewatkan' alias gak me tegal alun

      Delete
  2. Baru tau kalo jdi anak gunung, makanannya kok enak kayak gini. Jadi ngiler.
    Ini kalo emang gunung buat para pemula yg mau nyoba-nyoba mendaki, mau nyoba juga uy jadinya. Heuheuheu

    Nabung duit dulu ini mah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kuy lah, lu di mana? Masih di Mesir? Murah ini mahhh

      Delete
  3. Makanannya super mewah, daging cuy wkwkwkwkk aku ga penasaran mendakinya, lebih penasaran sama masakannya wkwkwk iku jadi bawa daging dari rumah?

    ReplyDelete
  4. Papandayan juga bagus untuk pendaki pemula, ya. Akutu pengin ke sana tapi sadar diri takut ngerepotin huhuhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. gakk gak bakal ngerepotin, jlurnya amaaan :)

      Delete
  5. Ah rasanya jadi pengen ke papandayan, beberapa kali diajak temen kesana ga bisa karena ada urusan lain, semoga saja suatu saat bisa kesana hehehe. Btw ngiler banget nih mba sama masakannya :D

    ReplyDelete
  6. oalah mbak Aya udah pernah ke Papandayan juga to..hehe..
    eh btw ke Papandayan kok turun di terminal Bogor mbak?

    ReplyDelete
  7. Duh papadanyan , dah lama bgt ga kesana lagi, btw msh ada tukang jualan gak di pondok salada ;)

    ReplyDelete
  8. Terminal garut kali...
    Masa ke papandayan terminal bogor

    ReplyDelete
  9. Iya, maap mas salah, keinget pacar saya mulu soalnya

    ReplyDelete
  10. tipikal papandayan dengan ciri pohonnya yang kering, tapi cantik ketika difoto

    ReplyDelete