Love is Coffee
Single espresso. Lagi-lagi aku
menemuinya di tempat yang berbeda dan ditemani orang yang sama. Cukup dengan
secangkir yang mungil, kusesap, kemudian kuseduh. Bertemu denganmu lebih cepat
daripada bertemu dengan single espresso.
Dia bilang kopi tidak baik untuk pekerjaanku, kesehatanku, dan
keseharianku. Dan kau sendiri berkata lain darinya, “minum saja selagi
kauhidup. Kalau kaumati, kopi pun hilang meninggalkanmu.” Aku pun menyeduhnya,
sembari melihat wajahmu, manis.
Terima
kasih untuk secangkir kopi malam ini, dan begitu pula untuk kasihmu. Ini
pertemuan kita, kali pertama kita singgah di kedai kopi dan menikmatinya. Malam
ini syahdu! Aku pun gugup, harus berkata apa dari ucapan “I love you- mu untukku”. Untuk mencairkan suasana, aku mengalihkan
pembicaraan. Aku tanya bagaimana kuliahmu, pekerjaanmu, dan keseharianmu. Tapi
kau tetap diam, membisu. Dua bola matamu masih tertuju pada mataku. Kopi! Aku
pun berpura-pura mengaduk kopi di depanku. Untung saja yang kupesan single eksresso, yang rasanya pahit di
lidah, begitu pun di tenggorakan. Tapi, karena dia, terima kasih. Memang kopi bisa
menolongku ketika suasana sedang canggung untuk dua insan dalam kedai kopi yang
meskipun ramai. Untuk jawaban, tunggu hari esok.
Tulisan ini dipersembahkan untuk #DibalikSecangkirKopi
@IniBaruHidup
Twitter: @cewealpukat
Facebook: cewe
alpukat
4 komentar
ayaaaa,,aku juga suka kopiiiii :) itu cintaku jugaaa
ReplyDeleteLain kaliii ngopi bareng hayuukkk Mbakkkk :*
DeleteMy lovely is cofee :) apalagi diminum pas ujan-ujan.
ReplyDeleteMinum kopi, hujan-hujan, sendirian. Asyik, gitu? hahha
Delete