Powered by Blogger.

Pesona Tumpak Sewu Lumajang, dengan Trekking yang Menantang

by - May 04, 2017

Perjalanan seribu mil, dimulai dengan satu langkah —" Lao Tzu

Lumajang, Jawa Timur. Perjalanan kali ini masih ke Timur, namun belum pernah saya explore sama sekali. Padahal kota pisang agung tersebut kelahiran Ibu kandung saya. Dari Surabaya menuju Jember terlebih dahulu, yang paling membuat saya mengejutkan saya baru tahu bahwasanya Jember memiliki Bndar Udara Notohadinegoro. Hm, semoga cuma saya saja yang baru tahu. Penerbangan di pagi hari, sedikit mengesalkan, tapi semua demi explore Lumajang, yeay!

Destinasi pertama, Tumpak Sewu — Lumajang, kali pertama saya mendengar,  kali pertama membaca itinerary perjalanan saya kala itu. Dalam pikiran saya, pasti Tumpak Sewu ini sama halnya seperti air terjun di kota lainnya, ternyata dugaan saya salah besar. Dimulai dari perjalanan menuju Kecamatan Pronojiwo dengan akses jalan beraspal yang berkelok-kelok. Sempat berbisik kepada teman perjalanan saya, Tante Terry “Tante, pusing kepalaku, mual, butuh soda”
tiba di Panorama Tumpak Sewu


mengintip dari jendela
landing dengan sempurna
Bandar udara Notohadinegoro
Namun—perjalanan sudah sampai di Pronojiwo. Kami singgah sebentar untuk beristirahat di warung Bang Dul. Bang Dul yang ramah sekali, mereka pun menyuguhkan salak kepada kami, dan anget-angetan (ANGET-ANGETAN). Bisa juga disebut “Brunch di Warung Bang Dul” wkwkwkkw.  Sembari nyeruput teh hangat dan ada juga salak prono yang direbus. Sempat kaget, karena ini memang kali pertama mencobanya. Enak banget! Meskipun tekstur rebusnya kurang sempurna, yang penting rasanya. Ahsek.

Setelah kenyang, dan badan terasa hangat, kami trekking ke Tumpak Sewu. Air terjun yang mempunyai ketinggian 120m tersebut memang indah jika dinikmati dari sisi panorama, ya dari high angle. Seluruh air yang turun bisa dilihat dari atas, bukan hanya itu memang view dari atas mengagumkan dan memesona. Cipratan air dan sesekali kabut menutupi air terjun, itu yang menjadi kesulitan kami untuk mengambil gambar. Namun, ketika kabut terbuka, bak candela yang memancarkan pemandangan yang indah dan apik.
 
nikmatnya salak Prono rebus
perjalanan dimulai
Perjalanan kami lanjutkan ke arah turunnya air terjun, Tumpak Sewu yang biasa disebut Coban Sewu oleh kebanyakan warga Malang ini bisa juga diakses dari Kota Malang. Namun, sangat disayangkan akses dari Malang lebih menegangkan, dan harus dikawal oleh guide karena jalanan yang curam dan licin. Butuh ekstra keberanian.
Akses jalan untuk turun lumayan sulit, dalam hati “Gimana naiknya, apa ada jalan tikus?” Omaigat!. Namun saya berkaca pada Mamih Nani salah satu rombongan dari kami, ia yang sudah berusia cukup tua dari saya, beliau cukup kuat trekking menuju bawah. Beliau saja bisa, kenapa saya tidak?
WARNING!!
panorama air terjun Tumpak Sewu
trekking menuju bawah, foto by Bang Ode
Memang benar, selama perjalanan tim kami tidak adanya keegoisan, banyak dari belakang, seperti Mas Ain, Bang Sendy selalu teriak kewaspadaan terhadap kami yang permpuan “Aya hati-hati, pegang tali, jalanan licin” Serasa Tuhan mengirimkan malaikat menjaga saya melalui mereka. Perjalanan menuju bawah tebing yang memakan waktu kurang lebih satu jam, yang jaraknya 700 meteran.
Kami yang ingin sampai ke arah jatuhnya mata air, harus melewati tebing kecil yang dialiri air, tangga yang cukup rapuh, turunan, tanjakan, jembatan. Astagaa, sepertinya kalau Ibu saya tahu jalanan seperti ini beliau tidak akan pernah memberi izin saya, “Mending berangkat tanpa izin, daripada minta izin tidak diperbolehkan,” whahahahahk.

Napas yang ngos-ngosan tersebut terbayarkan dengan melihat tebing perawan, yang kata orang menyerupai kelamin wanita. Tebing yang menjulang tinggi, jika orang bersanding di tebing tersebut bak semut yang merayap—kecil. dan begitu pula melawati goa tetes, namun tidak sempat masuk karena petang akan akan datang.
kebersamaan
menyebrang sungai
Setelah menyebrangi sungai dengan bantuan tali, sembari harus melawan arus pun saya lalui. Ya, Tumpak Sewu dari low angle pun saya nikmati. Cipratan air kecil-kecil membuat saya kesulitan untuk membidik. Tak apa, sudah saatnya hanya saya nikmati dengan kedua mata saya. Beristirahat sejenak, meneguk air karena sudah kelelahan, membidik sebisa mungkin, mengamati, kemudian kami bergegas kembali ke atas demi tak ingin trekking dengan gelap. Karena head lamp yang kurang. 

Namun, gelap mengejar kami, trekking dengan gelap terpaksa kami lalui. Saya sudah merasa lebih ngos-ngosan, seperti kurang okksigen, napas terbata-bata. Mas Ain dan kawan lain tampak khawatir, saya pun menyempatkan beberapa kali istirahat. Selalu Tanya ke Harival salah satu dari rombongan kami, “Val masih jauh ya, berapa lama lagi?” — “Bentar lagi, kok” Tapi saya paham, jawaban itu hanya menyenangkan saya sesaat. Setelah beberapa kali istirahat, sembari minta minum ke Mas Ain, ke Pak Wawan, saya merasa kuat lagi. Akhirnya sampai di pos pertama, dan saya langsung bertanya ke Mas Ain, “Mas, saya mau muntah, di mana ya?” Malu sih, tapi mau gimana lagi. Akhirnya hajat dari mulut pun keluar, Mas Ain sembari memijat pundak saya agar anginnya keluar, akhirnyaaa, legaaah.
Tebing Perawan

saya cukup di bawah saja :(
Kami pun bersenda gurau lagi, sembari menyaksikan kunang-kunang yang memancarkan cahanya di setiap langkah kami. Perjalanan Tumpak Sewu pun usai, akhirnya. Memang benar dari namanya Tumpak Sewu, yang berarti kumpulan air terjun seribu, kenapa seribu? Coba hitung saja kalau tidak percaya. 

Jadi, kapan main ke Tumpak Sewu sambil ngos-ngosan?
Tabik, semoga bermanfaat ^ ^
More info
Air Terjun Tumpak Sewu, Sidomulyo, Pronojiwo, Lumajang, jawa Timur
Buka dari pukul 07:00 – 16:00 WIB
IG: tumpak_sewu_bangdul 
tiket masuk Rp5000, ojek pun tersedia hanya sampai panorama

You May Also Like

9 komentar

  1. Kok trekking ke bawah itu jalannya ngeri-ngeri sedab. Lagi mikir apa kamu kuat balik naik ya? :-D
    Cakep pemandangan dari atas :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ngeri banget! tapi aku hebat, bisa kembali ke jalan pulang wkkwkw

      Delete
  2. Meren banget, kayak di pilem2 luar curugnya. Ah apa kamunya aja yg pinter motonya kali ya

    ReplyDelete
  3. Sakjane ini kalo jalan berapa jam sih mbak sampai air terjun ? kondisimu kok mengkhawatirkan :(

    Dulu sempat kepikiran kesini gegara mendiang Om cumi minta diantar kesini, apa daya blm kesampaian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau banyak berhenti sih bisa sampai sejam, tapi kalau kuat dan tegar, halah, bisa setengah jam saja

      Delete
  4. alhamdulillah udah 3x kesini .. 2 dr malang dg view dari samping dan pelangi yg indah dan 1 dari lumajang dg treknya yg santai dan viewnya yg melebar ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah hebat banget ya sampai 3 kali dan pernah dari Malang, kerenn. Sepertinya saya cukup sekali saja, ekekek

      Delete
  5. air terjun tumpak sewu kece banget ya ampuh, indahnya.. :)

    ReplyDelete