[Book Review] VERSUS By Robin Wijaya
Judul: VERSUS
Pengarang: Robin Wijaya
Penerbit: GagasMedia
Tahun Terbit: 2013
Tebal: 398 halaman
Selalu ada harapan diantara
perbedaan
Menceritakan
tentang 3 orang sahabat yang mempunyai berbagai prinsip, argument yang berbeda. Dan
keterkaitan dengan teori paradoks yang dicantumkan dalam buku VERSUS ini. Sang
penulis hebat sekali, pintar membolak-balikkan cerita beberapa fragmen yang
menceritakan kisah masa lalunya tentang 3 orang sahabat tersebut yaitu Amri,
Chandra, dan Bima.
Amri yang biasa
dengan bahasa gaulnya memakai kata panggilan aku, kamu “ Gue, Lo” . Mempunyai
Ayah seorang anggota kepolisian, dan adik yang bernama Danu. Amri sangat sayang
sekali dengan adiknya yang mengidap penyakit tuberculosis, yang sama persis diidap
Ibunya yang telah meninggal, Amri mempunyai kesukaan dengan lagu yaitu Legenda
musiknya Kurt Cobain, ya mungkin pada era globalisasi sekarang sedang maraknya
lagunya Justien Beiber. Tapi sayangnya dia ditinggalkan adeknya karena
perkelahian antara kampung Anyar dan Kampung Bayah.
Dan ada juga sosok
Bima yang khas dengan panggilan dirinya dengan Saya, mempunyai keluarga yang
sudah berantakan rumah tangganya. Dia pergi dari rumah dengan kakanya Arya yang
mencari uang dengan “ Main Malem” yahanya dngan cara seperti itu dia bias
menghidupi adiknya Bima.
Beda lagi dengan
sosok Chandra keturunan Tionghoa, yang bermata sipit, keluarganya mempunyai
usaha pertokoan barang sembako yang akhirnya ditutup karena anjloknya rupiah,
bukan hanya ditutup melainkan tokonya dibakar oleh kampung sebelah. Maka dari
itu 3 sahabat mempunyai dendam pada kampung tersebut.
Yang akhirnya Danu, adik Amri meninggal dan
begitu pula Bima mokat mendahului mereka.
“ Kalau waktu tak
pernah berhenti, maka cara kita untuk bertahan adalah dengan terus bergerak” – Amri
on page 152
“ Perselisihan ini tidak akan pernah selesai.
Dan aku tahu, kami akan selalu hidup dalam bayang-bayang pertikaian, Lalu, ini
adalah cerita turun-temurun yang diwariskan dari generasi-generasi sebelum
kami” –Amri
“Menjadi dewasa
mengajarkan gue kalo hidup itu nggak pernah jadi lebih udah. Lo harus siap
menghadapi segala hal yang sama sekali nggak menyenangkan” – Chandra
“
Saya berkutat dalam masalah mereka membenci perbedan. Saya tidak sedang
berusaha mencari kesamaan atau membuat persamaan agar kita bisa saling
menerima. Saya berusaha hidup di antara itu semua. Hidup diantara perbedaan” –
Bima
Manusia
tidak ada yang sempurna begitu pula dengan saya dan si penulis bang Robin ini,
ada beberapa tulisan yang mengalami salah ketik pada halaman 87 yaitu Jumlah
menjadi “Jumah” dan pada halaman 393 Justru menjadi “ Justu” hanya salah
pengetikan tetapi untung ceritanya masih nyambung dan saya masih paham dengan
teori paradoksnya.
0 komentar