GUE ATAU AKU?
“Be
Your Self”
Jadi diri sendiri
lebih asyik, daripada jadi diri orang lain. Ya jelaslah, masa saya harus jadi
dirinya Mas Fiersa Besari, gak asik ah. Jadi bininya sih, is oke. Gak nolak!
Duh
‘kan, tambah ngaco.
Gue
atau Aku? Adalah gaya bahasa orang-orang zaman sekarang.
Nah, kalo zaman dulu, ya mana ada pake gue?
Yang ada, malah pakai akoe. Sekarang,
juga ada yang lebih parah pakai ‘akika’ ‘akooh’. *Geleng-geleng* Mungkin, ini
semua karena era modern.
Saya sendiri punya
pengalaman. Waktu awal kuliah, saya suka sekali dengan percakapan yang
menggunakan nama ‘aku’ berubah menjadi ‘gue’
kenapa? Saya memang tinggal di desa, tapi apa daya kalo keturunan nenek moyang
dari Betawi. Terlalu lama beradaptasi dengan orang Jakarta, itu yang membuat
saya menjadikan ‘aku’ menjadi ‘gue’.
Saya pernah menjadi bahan bully-bullyan di kampus, karena ‘gue’. Pantas menjadi bully-bullyan, saya sekarang menetap di
Surabaya. Dulu yang pernah tinggal di Jakarta, dan pindah ke sini membuat saya
harus beradaptasi lebih banyak. Banyak kawan saya yang bilang “Orang asal ndeso, rumah dekat sawah, makan
soto sama pecel aja kok ngomonongya ‘gue’ elu’, “. Kenapa mereka berkata
seperti itu? Karena yang mereka tahu, saya ini asal Lamongan yang menetap di
Surabaya. Padahal, jejak rantuan saya itu ruwet, mulai dari Jakarta–Ngawi-Lamongan-Surabaya.
Di Ngawi pun, saya bersekolah, yang mana semua muridnya berasal dari berbeda-beda
kota, pulau, bahkan Negara. Enam tahun beradaptasi, berbicara dengan mereka,
sehingga terbawa dengan gaya bahasa mereka, itu wajar. Maka dari itu, terkadang
menggunakan bahasa jawa pun, sedikit kaku.
Dan, sekarang
ketika saya menetap sudah hampir dua tahun pun, saya sudah bisa menggunakan
bahasa Jawa yang kental, bahkan kadang medok. Apa lagi di Surabaya, banyak yang
menggunakan nama panggilan bisa menjadi ‘cok’.
Ada yang berkata, ‘cok’ itu berbicara
kotor, dan ada juga yang bilang ‘cok’
yang berasal dari kata ‘jancok’ itu hanya sebuah tradisi untuk
memanggil sesama kawan saja di Surabaya. Presepsi orang berbeda-beda, kita
harus hargai itu. Jika, seseorang bilang itu berbicara kotor, kita harus
menghargai, dan mengilangkan kata tersebut ketika kita berbicara dengan lawan
kita. Tidak ada salahnya, berubah menjadi lebih baik, dan tidak egois dengan
kemauan diri sendiri. Tapi ingat, menjadi diri sendiri, dan menghargai diri
sendiri, itu lebih menyenangkan. :D
5 komentar
Iyoo cok, gausah kakean gaya gue2an. Mukamu belom mirip ondel2..
ReplyDeleteHai Bapaknya Elmy. Iya, mukaku 'kan selamanya mirip Pevita Pearce. :))
Deletekalo saya suka nyebut gue pake aku. #??? belajar melihat keadaan aja kali ya intinya. Kalo memang akrab dan terbiasa, ya silakan manggil dengan kata bebas. Tapi kalo dalam lingkup formal, ya sesuaikan lagi.
ReplyDeleteIya, dulu saya juga pake 'gue' tapi karena keadaan berubah, jadi pake 'aku' menyesuaikan tempat aja :D
DeleteEhm.. Ane kalo di blog pake gue. Tapi kalo di dunia nyata pake aku. Menyesuaikan.
ReplyDelete